Masih ingat dengan teknologi telekomunikasi generasi 4G yang merupakan teknologi yang memberikan kecepatan akses yang lebih besar dari generasi sebelumnya (1G, 2G, 3G ->)? begitu kecang banget rumor dan regulasi untuk penerapan teknologi telekomunikasi 4G di Indonesia yang berbasis GSM yang kita kenal dengan LTE (Long Term Evoluiton) sampai sekarang ini implementasinya pun masih belum ter-realisasi dan masih hanya sebatas uji coba alias “trial” entah sampai kapan Indonesia bisa menikmati layanan telekomunikasi tersebut, dari sisi manakah yang harus kita kaji dan dibenahi lagi agar cepat ter-realisasi karena dibeberapa negara sudah meng-implementasikan teknologi tersebut.
Di balik marut cemarutnya perkembangan teknologi telekomunikasi indonesia yang begitu masih ketertinggalan terus, ternyata tahu kah kita?? ada salah satu ilmuwan asal Indonesia yang telah memiliki banyak prestasi di kancah Internasional pada bidang telekomunikasi yang sekarang ini sudah memiliki hak paten hasil dari penelitiannya yang begitu sangat berarti pada dunia telekomunikasi, salah satu temuannya adalah Teknologi Telekomunikasi 4G berbasis OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing) dia adalah Prof. Dr. Khoirul Anwar. Sangat miris sekali melihat realitas bangsa Indonesia yang begitu banyak anak bangsa yang berprestasi tapi di negaranya sendiri masih terus ketertinggalan, tidak habis pikir kenapa hasil dari pemikiran(otak) anak bangsa malah negara lain yang lebih berkembang.
Prof. Dr. Khoirul Anwar adalah Dosen sekaligus peneliti yang bekerja di laboratoriom Information Theory and Signal Processing, Japan Advanced Institute of Science and Technology, di Jepang merupakan alumnus dari Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung dengan predikat cumlaude di tahun 2000, kemudian meraih gelar master di tahun 2005 dan gelar doktor pada tahun 2008 dari Nara Institute of Science and Technology (NAIST). Pada tahun 2006, ia juga pernah menerima IEEE Best Student Paper Award of IEEE Radio and Wireless Symposium (RWS), di California.
Bermula dari menonton acara film animasi “Dragon Ball Z ” inspirasi pun muncul di dalam pemikirannya sekaligus harus mengajukan tema penelitian untuk mendapatkan dana riset. Ketika Goku, tokoh utama Dragon Ball Z, hendak melayangkan jurus terdahsyatnya, ‘Genki Dama’ alias Spirit Ball, Goku akan menyerap semua energi mahluk hidup di alam, sehingga menghasilkan tenaga yang luar biasa. “Konsep itu saya turunkan formula matematikanya untuk diterapkan pada penelitian saya,” kata Khoirul, kepada VIVAnews melalui surat elektroniknya, Jumat 13 Agustus 2010. Maka inspirasi itu kini menjadi sebuah paper bertajuk “A Simple Turbo Equalization for Single Carrier Block Transmission without Guard Interval.” Khoirul memisalkan jurus Spirit Ball Goku sebagai Turbo Equalizer (dekoder turbo) yang mampu mengumpulkan seluruh energi dari blok transmisi yang ter-delay, maupun blok transmisi terdahulu, untuk melenyapkan distorsi data akibat interferensi gelombang.
Dia mengurangi daya transmisi pada OFDM (orthogonal frequency division multiplexing), hasilnya, kecepatan data yang dikirim bukan menurun seperti lazimnya, melainkan malah meningkat. “Kami mampu menurunkan power sampai 5 db = 100 ribu kali lebih kecil dari yang diperlukan sebelumnya,”(kata dia). Untuk mencapai kecepatan yang lebih tinggi, dia menghilangkan sama sekali guard interval (GI). “Itu mustahil dilakukan,” begitu kata teman-teman penelitinya. Tanpa interval atau jarak, frekuensi akan bertabrakan tak keruan. Persis seperti di kelas saat semua orang bicara kencang secara bersamaan.
Istilah ilmiahnya, terjadi interferensi yang luar biasa. Namun, dengan algoritma yang dikembangkan di laboratorium, Khoirul mampu menghilangkan interferensi tersebut dan mencapai performa (unjuk kerja) yang sama. “Bahkan lebih baik daripada sistem biasa dengan GI,” kata pria 31 tahun ini. Metode ini bisa dibilang mampu memecahkan problem transmisi nirkabel. Apalagi ia bisa diterapkan pada hampir semua sistem telekomunikasi, termasuk GSM (2G), CDMA (3G), dan cocok untuk diterapkan pada sistem 4G yang membutuhkan kinerja tinggi dengan tingkat kompleksitas rendah.
0 komentar:
Posting Komentar